Sabtu, Mei 13, 2017

Cerpen Roman Jelang Ramadhan Karya Ali Wardhana

Cerpen Roman Jelang Ramadhan Karya Ali Wardhana
Cerpen Roman Jelang Ramadhan Karya Ali Wardhana


Roman Jelang Ramadhan
Karya : Ali Wardhana

Rahma namanya. Teman sepermainan di kampung. Dulu waktu kecil orangnya jahil dan suka usil. Sahabat yang takkan pernah bisa hilang dalam ingatan. Ketika menginjak kelas dua SMA, aku dan Rahma terpaksa berpisah. Aku ikut kedua orang tua yang harus pindah rumah karena tugas negara.
"Apa kau akan kembali?" Tanya dia waktu itu. Saat kuungkapkan perpisahan.
"Bandung - Kuningan itu masih satu propinsi. Disini adalah tempat lahirku, pasti aku akan kembali," ucapku menenangkan.
Sepoi angin di tepian danau Waduk Darma terasa lebih syahdu. Sebenarnya hatiku tak ingin bila jauh dari dia. Entahlah, sejak kapan perasaan aneh ini bersamayam di dada. Bilakah rasa ini mulai menjalar lebih dari rasa sebagai teman biasa?
"Kang, Rahma doakan semoga betah ya, di Bandung. Dan jangan lupa, sering - sering berkirim surat." Rahma menggenggam kedua tanganku sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk. Membalas senyumnya yang terasa lain. Seolah kita memendam keharuan yang sama.
***
Tiga tahun berlalu. Aku dan Rahma hanya bisa melepas kerinduan lewat sepucuk surat yang sebulan sekali dikirimkan. Aku belum sempat pulang mudik lagi ke kampung halaman. Ayahku yang seorang tentara aktif menjalani tugas ke daerah yang berpindah - pindah setelah di Bandung.
Namun, kabar gembira datang tiba - tiba. Ibuku ada rencana pulang ke Kuningan jelang bulan Ramadhan tahun ini. Kebetulan juga aku sedang libur kuliah. Tentu saja kesempatan ini takkan disia - siakan. Selain rindu akan kampung halaman, tentu saja rindu pada Rahma akan segera tersembuhkan. Pikirku.
***
Suasana kampung tak banyak berubah. Masih asri seperti dulu. Sawah yang membentang, sungai yang jernih, dan Gunung Ciremai yang berdiri kokoh tak bergeser sedikitpun. 
Kali ini aku bertekad untuk mengungkapkan isi hatiku pada Rahma gadis pujaan.

Satu sore, di sebuah bukit kaki gunung Ciremai. Aku dan Rahma janji berjumpa. Bisa saja aku langsung ke rumahnya. Tapi lebih seru kalau bertemu di suatu tempat yang tak banyak orang tahu.
Lima belas menit menunggu. Akhirnya Rahma datang menemuiku. Ah, wajahnya masih saja bulat seperti dulu. Senyumnya yang indah selalu berhasil membuat jantung berdetak tak menentu.
"Maaf lama menunggu," ujar Rahma dengan nafas yang sedikit terengah. Jalan yang menanjak menuju bukit memang sedikit membuat payah.
"Untuk kamu, seribu tahun juga ku rela menunggu," aku mencoba merayu.
"Oia, Kang. Aku tidak datang sendiri." Ucap Rahma kemudian.
"Oya? Kau ajak siapa?" Tanyaku penasaran.
"Itu!" Tunjuk Rahma ke arah anak perempuan lucu yang sedang berlari diikuti langkah seorang lelaki seumuranku.
"Kenalin, Kang. Ini Shopiya, anakku. Dan ini Kang Pendi suamiku." Dengan senyum tanpa dosa Rahma memperkenalkan kedua ayah - anak itu dengan bangga.
Aku terhenyak. Lalu melangkah mundur tertatih. Dan tiba - tiba kehilangan keseimbangan. Kepalaku terasa berat. Pandanganku sedikit kabur. Aku limbung, jatuh ke jurang.
"Kang Dadang!" Sekilas terdengar suara Rahma memanggil. Namun aku sudah tak peduli lagi. Biarkan aku melayang jauh pergi.

*Selesai* 

WapPur

Terima kasih sudah membaca disini.


EmoticonEmoticon