![]() |
Cerpen PERSAMI Bagian 1 |
Bulan depan akan ada persami untuk tingkat SD se- Kecamatan di tempatku tinggal. Aku terpilih untuk ikut di acara peringatan hari Pramuka itu. Kakakku bilang,
"Jadi Pramuka itu belajar mandiri, harus bisa melakukan banyak hal sendiri, harus saling melengkapi sesama regu, harus bisa bagi tugas dan gak boleh saling iri."
Kakakku punya banyak pengalaman ikut Pramuka, karena itu aku sering bertanya padanya. Ini pengalaman pertamaku berkemah, bagiku ini adalah hal yang mendebarkan.
Selama sebulan jelang Persami, di sekolahku memadatkan jam latihan Pramuka, sehingga akhir-akhir ini aku pulang selalu lebih sore dari biasa. Ibu selalu menyiapkan bekal makan siangku agar aku tak kelaparan. Ibu tahu kalau aku orangnya agak ceroboh dan suka lupa, makanya harus sering diingatkan. Kadang kakakku sering mengomentari kelakuanku itu. Kakak bilang.
" Kalau kamu kemah nanti, ibu gak akan bangunin kamu, juga gak akan ingatin kamu seperti sa'at ini, kamu harus bisa bangun sendiri dan mengingat tugas serta kewajibanmu sendiri. Sa'at kamu butuh mandi kadang kamu menemukan tempat mandi yang jauh sekali, kamu juga harus cari air untuk minum dan masakmu. Karena itu biasakan dari sekarang melakukan banyak hal sendiri. Cobalah belajar masak masakan yang mudah biar kamu gak kesulitan di kemah nanti."
"Iya, iya,,,"
Aku sangat teropsesi dengan perkemahan, karena itu aku minta ayah dan ibu bikin tenda-tendaan di lantai atas. Tiap malam aku tidur di sana di temani ayah dan ibu. Aku takut tidur sendiri. Kadang kakak juga ikut main perkemahan bohongan ini bersama kami, tapi dia tidak ikut tidur di tenda, kakak lebih milih tidur bersama adikku. Kadang kalau adik agak rewel ayah atau ibu ikut nemenin adik.
Ini hari ke tigaku tidur di tenda, kakak malah menyuruhku kembali tidur di kamar.
"Mau sampai kapan kamu tidur di atas, sudahlah balik tidur di kamar sana, kalau kamu sakit, kamu gak jadi ikut kemah. Percuma kamu bela-belain latihan selama ini."
"Kan biar aku terbiasa, mauku sih sampai seminggu sebelum persami nanti."
"Itu terlalu lama, kemahmu itu lo cuma dua hari, ini hari ke tigamu tidur di atas. Kamu itu masi kecil, gak usah terlalu berlebihan, nanti malah kamu yang sakit, ujung-ujungnya yang repot juga orang serumah. Pokoknya hari ini hari terakhirmu main perkemahan di atas. Beresin tenda-tendaanmu, nanti kakak bantuin."
Kakakku orangnya memang baik sekali walau rada cerewet. Kami sering belajar bersama, dia yang bantuin ngerjain tugas sekolahku yang sulit. Kalu ada kakak, tugas sekolahku tak pernah terkhawatirkan. Kakakku itu anaknya pintar dan rajin. Nilai rapotnya bagus, setidaknya di atas rata-rata kelas lah, kamarnya juga rapi, kalau aku jail berantakin kamarnya, udah pasti penyakit cerewetnya kambuh.
"Dek, sekali-kali bantuin ibu siapin sarapan, biasanya di acara pramuka pasti ada lomba memasaknya, sekalian kamu belajar masak sama ibu, ingat-ingat tuh nama bumbu-bumbu dapur."
"Iya, kakakku yang cerewet."
"Dibilangin malah ngatain."
"Iya, iya, besok adek bantuin."
Esok paginya kakak membangunkanku lebih pagi. Walau aku malas bangun, kakakku memaksaku untuk tidak tidur lagi.
"Kenapa sih kak, ini kan hari minggu, aku masih ngantuk."
"Kemaren kan kamu sudah janji mau bantuin ibu siapin sarapan. Janji itu harus ditepatin."
"Besok aja aku tepatin."
"Janjimu kan hari ini, jangan biasain males-malesan, ayo cepet bangun, mandi dulu sana biar gak bau."
"Aaahhhh... Cerewet..." Dengan malas akhirnya aku bangkit juga dari tidurku.
Aku pergi ke dapur menawarkan bantuan pada ibu yang sedang menyiapkan sarapan. Lalu ibu memintaku mengerjakan ini dan itu, dengan malas aku mengerjakan apa yang di minta ibu.
"Dek kalo bantuin yang ikhlas dong." Tiba-tiba kakak mendekat dan menegurku.
"Ini juga sudah ikhlas."
"Kalo ikhlas mukanya jangan kusut gitu dong."
"Biarin, emang mukaku belum di setrika."
"Kalo gitu sini biar kakak setrika."
"Iiiiihhh..... ogah.... ogah." Kakakku mencium pipiku, aku geli dicium kakakku, ludahnya pasti menempel di pipiku, emang sengaja tuh kaya gitu.
"Ibu... Kakak nakal." Aku protes pada ibu yang ada di dekat situ.
"Kakak, udah godain adiknya, bantu-bantu ayah di kebun sana, biar tambah pahala dan gak bikin gaduh dapur."
Hari berlalu, Persami pun tinggal seminggu. Pembagian tugas pun mulai di rencanakan.
"Hari sabtu pagi, jam 7 harus sampai lokasi, kita berangkat dari sekolah jam 6 pagi, jangan sampai ada yang terlambat, karena kami tidak akan menunggu. Dan ini jadwal acaranya." Pak guru membagikan lembaran kertas yang berisi jadwal acara Persami.
Lalu pak guru membagi tugas siapa-siapa yang harus membawa tikar, alat masak dan lainnya. Dalam jadwal acara juga ada lomba-lomba dan penjelajahan. Aku ingin sekali ikut penjelajahan. Tapi teman-teman menyuruhku ikut lomba masak. Semua tahu ibuku punya bisnis catring, mereka berpikir aku bisa memasak seenak masakan ibuku. Apa boleh buat aku hanya bisa pasrah. Aku di ikutkan lomba memasak dan membuat hasta karya dari barang bekas, dan semua itu adalah keahlian ibuku. Aku tidak akan kesulitan mencari seseorang untuk mengajariku.
Sesampai rumah aku memperlihatkan jadwal kegiatanku pada ibu.
"Apa ini?" tanya ibuku.
" Aku di ikutkan lomba memasak dan membuat hasta karya dari barang bekas, tolong ajari aku bu."
"Beres."
"Tapi jangan yang sulit ya."
"Oke."
"Kita mulai besok ya bu?"
"Siiip..."
Ibu menjawab dengan jawaban pendek, aku jadi khawatir.
"Kira-kira kita akan bikin apa bu?"
"Maumu apa?"
"Ibuuuu... kok malah balik tanya, ibu kan gurunya."
"Ibu kan kasih kamu kesempatan buat milih."
"Pokoknya yang gampang."
"Kalo gitu telur ceplok aja."
"Masak cuma bikin telur ceplok?"
"Kan itu juga masak"
"Kan aku malu kalo cuma masak telur ceplok, apa kata dunia, masa anaknya ibu yang punya bisnis catring ikut lomba masak cuma bikin telur ceplok."
"Nanti kalau terlalu sulit kamunya yang gak bisa."
"Ayo lah bu, masak yang lain."
"Kalau gitu masak nasi goreng lauk telur ceplok, gimana?"
"Nah, gitu dong, trus hasta karyanya apa?"
Kakakku punya banyak pengalaman ikut Pramuka, karena itu aku sering bertanya padanya. Ini pengalaman pertamaku berkemah, bagiku ini adalah hal yang mendebarkan.
Selama sebulan jelang Persami, di sekolahku memadatkan jam latihan Pramuka, sehingga akhir-akhir ini aku pulang selalu lebih sore dari biasa. Ibu selalu menyiapkan bekal makan siangku agar aku tak kelaparan. Ibu tahu kalau aku orangnya agak ceroboh dan suka lupa, makanya harus sering diingatkan. Kadang kakakku sering mengomentari kelakuanku itu. Kakak bilang.
" Kalau kamu kemah nanti, ibu gak akan bangunin kamu, juga gak akan ingatin kamu seperti sa'at ini, kamu harus bisa bangun sendiri dan mengingat tugas serta kewajibanmu sendiri. Sa'at kamu butuh mandi kadang kamu menemukan tempat mandi yang jauh sekali, kamu juga harus cari air untuk minum dan masakmu. Karena itu biasakan dari sekarang melakukan banyak hal sendiri. Cobalah belajar masak masakan yang mudah biar kamu gak kesulitan di kemah nanti."
"Iya, iya,,,"
Aku sangat teropsesi dengan perkemahan, karena itu aku minta ayah dan ibu bikin tenda-tendaan di lantai atas. Tiap malam aku tidur di sana di temani ayah dan ibu. Aku takut tidur sendiri. Kadang kakak juga ikut main perkemahan bohongan ini bersama kami, tapi dia tidak ikut tidur di tenda, kakak lebih milih tidur bersama adikku. Kadang kalau adik agak rewel ayah atau ibu ikut nemenin adik.
Ini hari ke tigaku tidur di tenda, kakak malah menyuruhku kembali tidur di kamar.
"Mau sampai kapan kamu tidur di atas, sudahlah balik tidur di kamar sana, kalau kamu sakit, kamu gak jadi ikut kemah. Percuma kamu bela-belain latihan selama ini."
"Kan biar aku terbiasa, mauku sih sampai seminggu sebelum persami nanti."
"Itu terlalu lama, kemahmu itu lo cuma dua hari, ini hari ke tigamu tidur di atas. Kamu itu masi kecil, gak usah terlalu berlebihan, nanti malah kamu yang sakit, ujung-ujungnya yang repot juga orang serumah. Pokoknya hari ini hari terakhirmu main perkemahan di atas. Beresin tenda-tendaanmu, nanti kakak bantuin."
Kakakku orangnya memang baik sekali walau rada cerewet. Kami sering belajar bersama, dia yang bantuin ngerjain tugas sekolahku yang sulit. Kalu ada kakak, tugas sekolahku tak pernah terkhawatirkan. Kakakku itu anaknya pintar dan rajin. Nilai rapotnya bagus, setidaknya di atas rata-rata kelas lah, kamarnya juga rapi, kalau aku jail berantakin kamarnya, udah pasti penyakit cerewetnya kambuh.
"Dek, sekali-kali bantuin ibu siapin sarapan, biasanya di acara pramuka pasti ada lomba memasaknya, sekalian kamu belajar masak sama ibu, ingat-ingat tuh nama bumbu-bumbu dapur."
"Iya, kakakku yang cerewet."
"Dibilangin malah ngatain."
"Iya, iya, besok adek bantuin."
Esok paginya kakak membangunkanku lebih pagi. Walau aku malas bangun, kakakku memaksaku untuk tidak tidur lagi.
"Kenapa sih kak, ini kan hari minggu, aku masih ngantuk."
"Kemaren kan kamu sudah janji mau bantuin ibu siapin sarapan. Janji itu harus ditepatin."
"Besok aja aku tepatin."
"Janjimu kan hari ini, jangan biasain males-malesan, ayo cepet bangun, mandi dulu sana biar gak bau."
"Aaahhhh... Cerewet..." Dengan malas akhirnya aku bangkit juga dari tidurku.
Aku pergi ke dapur menawarkan bantuan pada ibu yang sedang menyiapkan sarapan. Lalu ibu memintaku mengerjakan ini dan itu, dengan malas aku mengerjakan apa yang di minta ibu.
"Dek kalo bantuin yang ikhlas dong." Tiba-tiba kakak mendekat dan menegurku.
"Ini juga sudah ikhlas."
"Kalo ikhlas mukanya jangan kusut gitu dong."
"Biarin, emang mukaku belum di setrika."
"Kalo gitu sini biar kakak setrika."
"Iiiiihhh..... ogah.... ogah." Kakakku mencium pipiku, aku geli dicium kakakku, ludahnya pasti menempel di pipiku, emang sengaja tuh kaya gitu.
"Ibu... Kakak nakal." Aku protes pada ibu yang ada di dekat situ.
"Kakak, udah godain adiknya, bantu-bantu ayah di kebun sana, biar tambah pahala dan gak bikin gaduh dapur."
Hari berlalu, Persami pun tinggal seminggu. Pembagian tugas pun mulai di rencanakan.
"Hari sabtu pagi, jam 7 harus sampai lokasi, kita berangkat dari sekolah jam 6 pagi, jangan sampai ada yang terlambat, karena kami tidak akan menunggu. Dan ini jadwal acaranya." Pak guru membagikan lembaran kertas yang berisi jadwal acara Persami.
Lalu pak guru membagi tugas siapa-siapa yang harus membawa tikar, alat masak dan lainnya. Dalam jadwal acara juga ada lomba-lomba dan penjelajahan. Aku ingin sekali ikut penjelajahan. Tapi teman-teman menyuruhku ikut lomba masak. Semua tahu ibuku punya bisnis catring, mereka berpikir aku bisa memasak seenak masakan ibuku. Apa boleh buat aku hanya bisa pasrah. Aku di ikutkan lomba memasak dan membuat hasta karya dari barang bekas, dan semua itu adalah keahlian ibuku. Aku tidak akan kesulitan mencari seseorang untuk mengajariku.
Sesampai rumah aku memperlihatkan jadwal kegiatanku pada ibu.
"Apa ini?" tanya ibuku.
" Aku di ikutkan lomba memasak dan membuat hasta karya dari barang bekas, tolong ajari aku bu."
"Beres."
"Tapi jangan yang sulit ya."
"Oke."
"Kita mulai besok ya bu?"
"Siiip..."
Ibu menjawab dengan jawaban pendek, aku jadi khawatir.
"Kira-kira kita akan bikin apa bu?"
"Maumu apa?"
"Ibuuuu... kok malah balik tanya, ibu kan gurunya."
"Ibu kan kasih kamu kesempatan buat milih."
"Pokoknya yang gampang."
"Kalo gitu telur ceplok aja."
"Masak cuma bikin telur ceplok?"
"Kan itu juga masak"
"Kan aku malu kalo cuma masak telur ceplok, apa kata dunia, masa anaknya ibu yang punya bisnis catring ikut lomba masak cuma bikin telur ceplok."
"Nanti kalau terlalu sulit kamunya yang gak bisa."
"Ayo lah bu, masak yang lain."
"Kalau gitu masak nasi goreng lauk telur ceplok, gimana?"
"Nah, gitu dong, trus hasta karyanya apa?"
"Apa, ya?"
"Ibu gitu deh, sebel..."
"Eeee... udah jangan ngambek, ini juga ibu pikirin."
Ibu kemudian mengambil hp nya.
"Kita bikin ini saja mau gak?" ibu memperlihatkan foto wadah accesoris dari botol bekas.
"Iya bu aku mau, bagus tuh bu."
"Tapi kamu harus belanja peralatan buat bikin ini."
"Tapi jam segini toko yang jual peralatan begituankan banyak yang sudah tutup bu."
"Kalau gitu besok kamu janjian sama kakakmu biar dianter beli peralatannya sepulang sekolah. Nanti biar ibu catetin apa aja yang harus di beli."
"Siap!!”
Tahun ini kakakku sudah SMP kelas 1, kami sudah tidak satu sekolah lagi, tapi kebetulan gedung sekolah kami berdekatan, kadang kami berangkat bersama dan pulang masing-masing. Aku takut bersepeda sendiri apa lagi jalan raya di tempatku ramai sekali, aku hanya berani bersepeda di jalan kampung. Karena itu aku sering di jemput ayah atau ibu, kalau mereka terlalu lama kadang aku naik angkot, tapi ini jarang terjadi karena aku sering lupa bawa uang saku, temanku yang baik hati tak jarang menawarkan tumpangan sampai rumah, kebetulah arah rumahnya melewati depan rumahku.
Sa'at malam tiba dan kami telah menyelesaikan tugas masing-masing, aku mulai pembicaraan dengan kakak.
"Kak, besok kakak pulang jam berapa?"
"Besok kakak ada les tambahan, buat persiapan lomba antar sekolah, pulang agak sore, mungkin jam 4 atau 4. 30 sore. Ada apa?"
"Anterin aku belanja buat persiapan kemah ya kak, plis,, "
"Emangnya kamu mau nungguin kakak pulang jam segitu?"
"Pulangku kan kurang lebih juga jam segitu, ayah sama ibu besok ada undangan pernikahan, pulangnya mungkin agak malam, jadi gak bisa anter."
"Besok kamu tunggu di gerbang sekolahmu saja, biar kakak yang jemput di sekolah kamu, tapi inget ya, kalau udah niat belanja, uang belanjanya jangan sampai ketinggalan, kakak ogah nalangin."
"Iya, nanti uangnya langsung ku masukin ke dalam tas biar gak ke lupaan."
Sesuai janji aku menunggu kakak di gerbang sekolah, ternyata lama juga yang namanya menunggu. Ini sudah jam 4 lewat, bolak-balik aku mengintip jam dinding di pos Satpam sekolah.
"Nungguin siapa? Sini, nunggu di tempat bapak saja sambil nonton tv, di situ panas."
Akhirnya aku nunggu kakak di pos Satpam sambil nonton tv. Pak Satpam orangnya ramah, kami ngobrol banyak hal, tak terasa sudah jam 5 kurang seperempat.
"Dek, jadi belanja gak?" Tiba-tiba kakakku muncul menghampiriku.
"Kakak lama sekali, aku sudah menunggu dari tadi."
"Iya,, ma'af"
Kami berpamitan pada pak Satpam lalu pergi ke toko buku dan peralatan sekolah. Di sana aku membongkar tasku, aku mencari catatanku yang ku taruh dalam dompet. Aku yakin sudah memasukkannya ke dalam tas semalam. Lama-lama aku mulai panik. Kemudian kakak menegurku.
"Cari apa?"
"Dompetku ilang kak, gimana ini?"
"Ini bukan?" Kakak menyodorkan dompet Hello Kitty berwarna pink padaku. Aku langsung menyambarnya dan memeriksa isinya.
"Iya, benar, ini dompetku, isinya utuh, ada catatan ibu. Kok bisa ada sama kakak?"
"Makanya kalau nyimpan sesuatu yang bener, tadi ibu nemuin kakak di sekolah buat nitipin dompetmu. Ibu khawatir kalau di berikan padamu malah ilang, kamu kan orangnya ceroboh."
"Huuuuu'uuuuuh.... gak ada yang percaya aku."
"Kalau penyakit cerobohmu sudah sembuh, pasti ada lah yang percaya. Sudah sana cari barang yang kamu butuhin, kakak mau cari buku."
Setelah kami selesai belanja kami ke kasir untuk membayar belanjaan kami. Sa'at hendak beranjak dari kasir dengan membawa belanjaanku, tiba-tiba kakak menegurku.
"Dek, donpetmu ketinggalan di meja kasir nih."
"Oiya... lupa."
"Kakak heran sama kamu, cerobohmu kok kebangetan amat sih, baru juga di ingetin, tapi masih aja kaya gitu."
"Iya,, ma'af"
"Lain kali hati-hati dong"
"Iya... iya... iya..."
Malam ini ibu janji akan ajari aku membuat hasta karya, tapi belum juga jam 8 aku sudah mengantuk.
"Kak, aku sudah ngantuk, ayah dan ibu kok lama pulangnya."
"Tadi kakak udah telephone ayah dan ibu, katanya masih di jalan, tadi bannya sempat bocor, jadi harus di tambal. Kalau kamu sudah belajar dan siapin buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Kamu tidur aja dulu, nanti kalau ayah dan ibu pulang kakak bangunin."
"Iya deh, aku tidur dulu ya, ati-ati melek sendirian, heheheheheh...."
"Emangnya kamu, penakut."
Aku mengambil bantalku dan kasur lipat di kamar lalu kembali ke ruang tamu menghampiri kakak.
"Kenapa balik lagi, katanya mau tidur?"
"Ini juga mau tidur, kakak jangan berisik."
"Tidur di kamar sana lo, di sini banyak nyamuk."
"Biarin, di kamar gak ada security. Udah kakak jangan berisik, aku ngantuk." Kemudian dalam sekejap akupun tertidur.
Jam 3 pagi aku terbangun mendengar suara langkah kaki. Ruangan terlihat sepi dan lampu sudah mati. Tak kulihat kakak menemani, dia sudah pergi. Aku bangun dan mencari asal suara langkah kaki.
"Ibu, kok aku gak di bangunin sih?" kulihat ibu keluar dari kamar mandi, wajahnya masih terlihat basah oleh air wudhu. Ibuku sudah terbiasa bangun jam segitu.
"Iya, ma'af, soalnya ibu pulangnya kemalaman, lagi pula kamu keliatannya kecapean. Percuma juga kalo ibu ngajarin orang capek, nanti malah gak bisa fokus. Kita belajar masak saja buat sarapan, terus bikin hasta karyanya sepulang kamu sekolah, gimana?"
"Masak sekarang bu? Sepagi ini?"
"Agak nanti saja ya, ibu mo sholat dulu trus ngaji sebentar, kamu mau ikut ibu sholat apa mo tidur lagi?"
"Ikut ibu saja, sudah terlanjur bangun, susah buat tidur lagi."
Usai sholat Subuh kami mulai memasak. Ibu memberi tahu bumbu-bumbunya dan cara memasaknya. Kemudian ibu menyuruhku mengikutinya. Masakan pertama gagal, rasanya keasinan, bumbunya kurang merata. Ibu menyuruhku mencoba lagi beberapa kali, tanpa kami sadari sudah jam setengah tujuh pagi.
"Lho kog belum siap-sipa sekolah, memangnya hari ini kamu libur?"
"Bentar lagi yah, ayah cobain deh masakanku, enak gak?" Aku meminta ayah mencicipi masakanku.
"Enak, tapi tampilannya kurang menarik, sekarang kamu mandi sana, ini sudah siang, nanti kamu terlambat."
"Iya, iya, emang jam berapa sih?"
"Setengah tujuh pagi."
"Apa?"
Aku buru-buru mandi, mengganti seragam, dan memakai sepatu. Untung semalam buku-bukuku sudah kusiapkan.
"Yah, anterin ya? Kakak udah berangkat duluan tuh"
"Iya, nih bekalnya, kamu kan gak sempet sarapan, ayah siapin motornya dulu."
Lima hari jelang Persami, latihan Pramuka di kurangi, kami diminta mempersiapkan diri dan menjaga kesehatan. Kerena itu pulang kami tak lagi sesore seperti sebelumnya. Aku meminta ayah untuk menjemputku setiap hari agar aku bisa pulang cepat dan belajar memasak serta membut hasta karya dari barang bekas dengan ibu.
"Bu, nanti kalau pas acara lomba aku gagal gimana? Ibu kan tahu aku itu orangnya pelupa."
"Jangan bilang begitu, kalau belum mencoba mana bisa kita tahu berhasil atau tidak. Kamu harus yakin kalau kamu bisa, andai nanti kamu sudah susah payah tapi masih kalah atau gagal berarti kamu harus berlatih lagi agar kegagalan yang sama tak terulang lagi. Bagi ibu kamu menang atau kalah, ibu selalu bangga padamu karena kamu melakukan semuanya dengan sungguh-sungguh. Nih, coba kamu main game melatih daya ingat di hp ibu, siapa tahu bisa bantu kamu obatin penyakit pelupamu yang parah itu. Ibu tinggal dulu ya, ibu mau ngecek paket yang harus di kirim hari ini."
"Iya,, "
Bagi ayah dan ibu keluarga itu terpenting, walau mereka sibuk seperti apa pun kalau anak-anaknya butuh bantuan, pasti di usahain bisa bantu entah bagaimana caranya.
"Dek, katanya mau belajar bikin hasta karya, sudah jadi belum?" Tiba-tiba kakak datang menegurku.
"Udah tuh, menurut kakak gimana? bagus gak?" Aku meletakkan game hp ibu dan memamerkan hasil karyaku pada kakak.
"Lumayanlah, masih belum terlalu rapi, tapi gak apa lah, kamu kan masih pemula, yang penting kamu ingat cara bikinnya."
"Kalau aku kalah tidak akan ada yang marah kan kak?"
"Yang namanya lomba itu pasti ada yang menang dan ada yang kalah, yang penting kan udah mencoba dan berusaha, kalau akhirnya harus kalah, bukan berarti hasil yang kita kerjakan itu terlalu buruk, hanya saja ada yang lebih baik dari yang kita hasilkan. Gak perlu terlalu tegang, santai saja, justru dengan santai, pikiran tenang, hati riang, hasil yang kita kerjakan gak akan berantakan. Yang penting kamu sudah selesai mengerjakan apa yang dilombakan tepat pada waktunya sehingga gak akan terkena diskualifikasi."
"Iya, juga ya.."
"Kakak tadi mampir ke apotik, beliin ini buat kamu."
"Ini apa?"
"Vitamin C 500 mg biar kamu gak gampang sakit, tapi sehari 1x saja jangan banyak-banyak, atau kalau kamu merasa gak enak badan kunyah aja itu, rasa jeruk manis, diemut juga enak, kakak juga beliin minyak kayu putih, jaga-jaga kalau kamu masuk angin. Berangkatmu 3 hari lagi kan?"
"Iya,, aku belum siapin apa-apa, aku bingung nanti yang di bawa apa"
"Bawa atribut pramuka jangan sampai lupa, seperti tongkat, tali temali,,,"
"Itu sudah, pak guru nyuruh ngumpulin tadi biar kami gak repot bawanya. Pak guru bilang selama ini setiap ada kegiatan perkemahan pramuka semua barang-barang yang di butuhkan baru dibawa pas acara, akhirnya anak-anak beban bawaannya berat, kasihan, karena itu di suruh nyicil."
"Bagus dong, kalau begitu buat catatan barang-barang apa yang kamu butuhkan, terus kalau sudah kamu siapin centang-centangin."
Kemudian kakak mengambilkan tas ranselnya untuk dipinjamkan padaku. Kakak membantuku membuat daftar dan mempersiapkannya. Baik kan kakakku? Belum tentu adek yang lain punya kakak seperti kakakku. Beruntungnya aku.
Besok adalah hari keberangkatanku ke perkemahan, aku sulit tidur, aku takut bila aku tidur aku akan kesiangan, walau semua berjanji akan membangunkanku tapi mata ini sulit sekali di ajak kompromi.
"Sudah jam sepuluh malam kok belum tidur?"
"Gak bisa tidur yah."
"Kan ayah sudah janji akan bangunin kamu pagi-pagi, sekalian ayah antar kamu ke sekolah."
"Tapi aku gak bisa tidur, kepikiran terus."
"Kalau begitu, sini ayah hipnotis."
"Emangnya ayah bisa?"
"Ya, coba dulu lah. Mau ya, ayah hipnotis, ya,ya,ya,ya,ya?"
"Ya udah, coba deh kalau ayah bisa."
"Supaya hipnotisnya berhasil kamu harus ikutin kata-kata ayah, kamu harus ikutin semua perintah ayah, oke?"
"Iya,,"
"Pertama-tama kamu berbaring dulu, pasin posisinya biar enak kalau tidur, gak boleh tegang, releks aja, ayah redupin lampunya dulu ya, nah sekarang udah siap?"
"Siap!!!"
"Oke, yang pertama kita Membaca surat Al-Ikhlas 3x"
Aku mengikuti perintah ayah walau ada sedikit keraguan, setahuku, yang ada di tv itu kalau menghipnotis supaya tidur tidak seperti ini caranya. Tapi biarlah aku turuti saja.
"Alhamdulillah, sekarang ikuti ayah membaca sholawat."
Aku menuruti perintah ayah yang membaca sholawat tanpa ku ketahui berapa kali sholawat itu di baca karena aku hanya mengikutinya.
"Berikutnya istighfar ( Astagfirullahal adzim = Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung)"
Aku mengikutinya tanpa bertanya dan tanpa menghitung berapa kali kalimat itu di ucapkan. Begitu pula kalimat-kalimat berikutnya yang di ucapkan ayah berkali-kali dan perlahan.
"Sekarang Takbir (ALLAHU AKBAR= Allah Maha Besar)"
"Tahmid (Alhamdulillah= Segala puji bagi Allah)"
"Tahlil (Laa illaaha illallah=Tidak ada Tuhan selain Allah)"
"Tasbih (Subhanallah=Maha Suci Allah/Subhanallah walhamdulillah walailla hailallah)"
"Sekarang, baca do'a sebelum tidur, lalu tutup matamu."
Aku menutup mataku dan ku dengar ayah mengucapkan selamat tidur lalu mencium keningku. Setelah itu aku tidak mengingat apapun.
Esok paginya, ayah membangunkanku sesuai janjinya. Aku menceritakan peristiwa semalam pada ibu sa'at ibu menyiapkan sarapan.
"Bu, bu, ayah hebat lo bu, semalam aku dihipnotis ayah biar bisa tidur."
"Masa sih? Sejak kapan ayahmu bisa hipnotis orang?"
"Gak tahu tuh ayah, tapi hipnotis ayah bener-bener manjur lo bu, semalam aku jadi bisa tidur.
"Wah, bagus tuh, lain kali kalau ada yang gak bisa tidur minta tolong ayah saja. Barang bawaanmu buat kemah sudah kamu siapin belum?"
"Sudah, tinggal berangkat, bawaanku sudah ku taruh di depan. Ni nungguin sarapan."
"Ini ibu siapin box, isinya makanan cepat saji dan roti. Siapa tahu gak sempet masak yang ribet, siapin ini cepet cuma beberapa menit jadi."
"Ibu promosi lagi?"
"Iya, kan setiap ada kesempatan harus di manfa'atkan."
"Bisa kena tilang tuh." Tiba-tiba kakak datang.
"Masa sih kak?"
"Kalau bawanya terlalu banyak, pasti di sita panitia. Ini kan acara Pramuka, bukan piknik atau rekreasi."
"Biarin deh kalau diambil panitia, yang penting abis ambil panitianya belanja di tempat kita."
"Ah, ibu ada-ada saja."
"Oiya,, hari Kamis nanti, ibu juga akan bawain kakak box kaya gini, kakak bantuin promosiin ya, hari Kamis kakak kan ikut lomba cerdas cermat, iya kan?
"Iya deh, terserah ibu."
"Kakak ikut anterin adek gak?"
"Ibu mau anterin juga?"
"Iya, ini kan hari pertama adekmu kemah, adekmu kan gak pernah jauh sama kita."
"Tapi aku kan bawa sepeda bu."
"Ya kamu boncengin adekmu, biar ayah boncengin ibu sama si bungsu."
"Iya deh, kita anter sama-sama, kaya orang mau ngantar pergi haji aja, pake rombongan sekeluarga."
"Ya, udah cepet makan, bentar lagi harus berangkat."
Kami menghabiskan sarapan kami lalu bergegas berangkat. Semoga tak ada yang tertinggal, dan semoga tak ada hal buruk di sana. Amin.
"Ibu gitu deh, sebel..."
"Eeee... udah jangan ngambek, ini juga ibu pikirin."
Ibu kemudian mengambil hp nya.
"Kita bikin ini saja mau gak?" ibu memperlihatkan foto wadah accesoris dari botol bekas.
"Iya bu aku mau, bagus tuh bu."
"Tapi kamu harus belanja peralatan buat bikin ini."
"Tapi jam segini toko yang jual peralatan begituankan banyak yang sudah tutup bu."
"Kalau gitu besok kamu janjian sama kakakmu biar dianter beli peralatannya sepulang sekolah. Nanti biar ibu catetin apa aja yang harus di beli."
"Siap!!”
Tahun ini kakakku sudah SMP kelas 1, kami sudah tidak satu sekolah lagi, tapi kebetulan gedung sekolah kami berdekatan, kadang kami berangkat bersama dan pulang masing-masing. Aku takut bersepeda sendiri apa lagi jalan raya di tempatku ramai sekali, aku hanya berani bersepeda di jalan kampung. Karena itu aku sering di jemput ayah atau ibu, kalau mereka terlalu lama kadang aku naik angkot, tapi ini jarang terjadi karena aku sering lupa bawa uang saku, temanku yang baik hati tak jarang menawarkan tumpangan sampai rumah, kebetulah arah rumahnya melewati depan rumahku.
Sa'at malam tiba dan kami telah menyelesaikan tugas masing-masing, aku mulai pembicaraan dengan kakak.
"Kak, besok kakak pulang jam berapa?"
"Besok kakak ada les tambahan, buat persiapan lomba antar sekolah, pulang agak sore, mungkin jam 4 atau 4. 30 sore. Ada apa?"
"Anterin aku belanja buat persiapan kemah ya kak, plis,, "
"Emangnya kamu mau nungguin kakak pulang jam segitu?"
"Pulangku kan kurang lebih juga jam segitu, ayah sama ibu besok ada undangan pernikahan, pulangnya mungkin agak malam, jadi gak bisa anter."
"Besok kamu tunggu di gerbang sekolahmu saja, biar kakak yang jemput di sekolah kamu, tapi inget ya, kalau udah niat belanja, uang belanjanya jangan sampai ketinggalan, kakak ogah nalangin."
"Iya, nanti uangnya langsung ku masukin ke dalam tas biar gak ke lupaan."
Sesuai janji aku menunggu kakak di gerbang sekolah, ternyata lama juga yang namanya menunggu. Ini sudah jam 4 lewat, bolak-balik aku mengintip jam dinding di pos Satpam sekolah.
"Nungguin siapa? Sini, nunggu di tempat bapak saja sambil nonton tv, di situ panas."
Akhirnya aku nunggu kakak di pos Satpam sambil nonton tv. Pak Satpam orangnya ramah, kami ngobrol banyak hal, tak terasa sudah jam 5 kurang seperempat.
"Dek, jadi belanja gak?" Tiba-tiba kakakku muncul menghampiriku.
"Kakak lama sekali, aku sudah menunggu dari tadi."
"Iya,, ma'af"
Kami berpamitan pada pak Satpam lalu pergi ke toko buku dan peralatan sekolah. Di sana aku membongkar tasku, aku mencari catatanku yang ku taruh dalam dompet. Aku yakin sudah memasukkannya ke dalam tas semalam. Lama-lama aku mulai panik. Kemudian kakak menegurku.
"Cari apa?"
"Dompetku ilang kak, gimana ini?"
"Ini bukan?" Kakak menyodorkan dompet Hello Kitty berwarna pink padaku. Aku langsung menyambarnya dan memeriksa isinya.
"Iya, benar, ini dompetku, isinya utuh, ada catatan ibu. Kok bisa ada sama kakak?"
"Makanya kalau nyimpan sesuatu yang bener, tadi ibu nemuin kakak di sekolah buat nitipin dompetmu. Ibu khawatir kalau di berikan padamu malah ilang, kamu kan orangnya ceroboh."
"Huuuuu'uuuuuh.... gak ada yang percaya aku."
"Kalau penyakit cerobohmu sudah sembuh, pasti ada lah yang percaya. Sudah sana cari barang yang kamu butuhin, kakak mau cari buku."
Setelah kami selesai belanja kami ke kasir untuk membayar belanjaan kami. Sa'at hendak beranjak dari kasir dengan membawa belanjaanku, tiba-tiba kakak menegurku.
"Dek, donpetmu ketinggalan di meja kasir nih."
"Oiya... lupa."
"Kakak heran sama kamu, cerobohmu kok kebangetan amat sih, baru juga di ingetin, tapi masih aja kaya gitu."
"Iya,, ma'af"
"Lain kali hati-hati dong"
"Iya... iya... iya..."
Malam ini ibu janji akan ajari aku membuat hasta karya, tapi belum juga jam 8 aku sudah mengantuk.
"Kak, aku sudah ngantuk, ayah dan ibu kok lama pulangnya."
"Tadi kakak udah telephone ayah dan ibu, katanya masih di jalan, tadi bannya sempat bocor, jadi harus di tambal. Kalau kamu sudah belajar dan siapin buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Kamu tidur aja dulu, nanti kalau ayah dan ibu pulang kakak bangunin."
"Iya deh, aku tidur dulu ya, ati-ati melek sendirian, heheheheheh...."
"Emangnya kamu, penakut."
Aku mengambil bantalku dan kasur lipat di kamar lalu kembali ke ruang tamu menghampiri kakak.
"Kenapa balik lagi, katanya mau tidur?"
"Ini juga mau tidur, kakak jangan berisik."
"Tidur di kamar sana lo, di sini banyak nyamuk."
"Biarin, di kamar gak ada security. Udah kakak jangan berisik, aku ngantuk." Kemudian dalam sekejap akupun tertidur.
Jam 3 pagi aku terbangun mendengar suara langkah kaki. Ruangan terlihat sepi dan lampu sudah mati. Tak kulihat kakak menemani, dia sudah pergi. Aku bangun dan mencari asal suara langkah kaki.
"Ibu, kok aku gak di bangunin sih?" kulihat ibu keluar dari kamar mandi, wajahnya masih terlihat basah oleh air wudhu. Ibuku sudah terbiasa bangun jam segitu.
"Iya, ma'af, soalnya ibu pulangnya kemalaman, lagi pula kamu keliatannya kecapean. Percuma juga kalo ibu ngajarin orang capek, nanti malah gak bisa fokus. Kita belajar masak saja buat sarapan, terus bikin hasta karyanya sepulang kamu sekolah, gimana?"
"Masak sekarang bu? Sepagi ini?"
"Agak nanti saja ya, ibu mo sholat dulu trus ngaji sebentar, kamu mau ikut ibu sholat apa mo tidur lagi?"
"Ikut ibu saja, sudah terlanjur bangun, susah buat tidur lagi."
Usai sholat Subuh kami mulai memasak. Ibu memberi tahu bumbu-bumbunya dan cara memasaknya. Kemudian ibu menyuruhku mengikutinya. Masakan pertama gagal, rasanya keasinan, bumbunya kurang merata. Ibu menyuruhku mencoba lagi beberapa kali, tanpa kami sadari sudah jam setengah tujuh pagi.
"Lho kog belum siap-sipa sekolah, memangnya hari ini kamu libur?"
"Bentar lagi yah, ayah cobain deh masakanku, enak gak?" Aku meminta ayah mencicipi masakanku.
"Enak, tapi tampilannya kurang menarik, sekarang kamu mandi sana, ini sudah siang, nanti kamu terlambat."
"Iya, iya, emang jam berapa sih?"
"Setengah tujuh pagi."
"Apa?"
Aku buru-buru mandi, mengganti seragam, dan memakai sepatu. Untung semalam buku-bukuku sudah kusiapkan.
"Yah, anterin ya? Kakak udah berangkat duluan tuh"
"Iya, nih bekalnya, kamu kan gak sempet sarapan, ayah siapin motornya dulu."
Lima hari jelang Persami, latihan Pramuka di kurangi, kami diminta mempersiapkan diri dan menjaga kesehatan. Kerena itu pulang kami tak lagi sesore seperti sebelumnya. Aku meminta ayah untuk menjemputku setiap hari agar aku bisa pulang cepat dan belajar memasak serta membut hasta karya dari barang bekas dengan ibu.
"Bu, nanti kalau pas acara lomba aku gagal gimana? Ibu kan tahu aku itu orangnya pelupa."
"Jangan bilang begitu, kalau belum mencoba mana bisa kita tahu berhasil atau tidak. Kamu harus yakin kalau kamu bisa, andai nanti kamu sudah susah payah tapi masih kalah atau gagal berarti kamu harus berlatih lagi agar kegagalan yang sama tak terulang lagi. Bagi ibu kamu menang atau kalah, ibu selalu bangga padamu karena kamu melakukan semuanya dengan sungguh-sungguh. Nih, coba kamu main game melatih daya ingat di hp ibu, siapa tahu bisa bantu kamu obatin penyakit pelupamu yang parah itu. Ibu tinggal dulu ya, ibu mau ngecek paket yang harus di kirim hari ini."
"Iya,, "
Bagi ayah dan ibu keluarga itu terpenting, walau mereka sibuk seperti apa pun kalau anak-anaknya butuh bantuan, pasti di usahain bisa bantu entah bagaimana caranya.
"Dek, katanya mau belajar bikin hasta karya, sudah jadi belum?" Tiba-tiba kakak datang menegurku.
"Udah tuh, menurut kakak gimana? bagus gak?" Aku meletakkan game hp ibu dan memamerkan hasil karyaku pada kakak.
"Lumayanlah, masih belum terlalu rapi, tapi gak apa lah, kamu kan masih pemula, yang penting kamu ingat cara bikinnya."
"Kalau aku kalah tidak akan ada yang marah kan kak?"
"Yang namanya lomba itu pasti ada yang menang dan ada yang kalah, yang penting kan udah mencoba dan berusaha, kalau akhirnya harus kalah, bukan berarti hasil yang kita kerjakan itu terlalu buruk, hanya saja ada yang lebih baik dari yang kita hasilkan. Gak perlu terlalu tegang, santai saja, justru dengan santai, pikiran tenang, hati riang, hasil yang kita kerjakan gak akan berantakan. Yang penting kamu sudah selesai mengerjakan apa yang dilombakan tepat pada waktunya sehingga gak akan terkena diskualifikasi."
"Iya, juga ya.."
"Kakak tadi mampir ke apotik, beliin ini buat kamu."
"Ini apa?"
"Vitamin C 500 mg biar kamu gak gampang sakit, tapi sehari 1x saja jangan banyak-banyak, atau kalau kamu merasa gak enak badan kunyah aja itu, rasa jeruk manis, diemut juga enak, kakak juga beliin minyak kayu putih, jaga-jaga kalau kamu masuk angin. Berangkatmu 3 hari lagi kan?"
"Iya,, aku belum siapin apa-apa, aku bingung nanti yang di bawa apa"
"Bawa atribut pramuka jangan sampai lupa, seperti tongkat, tali temali,,,"
"Itu sudah, pak guru nyuruh ngumpulin tadi biar kami gak repot bawanya. Pak guru bilang selama ini setiap ada kegiatan perkemahan pramuka semua barang-barang yang di butuhkan baru dibawa pas acara, akhirnya anak-anak beban bawaannya berat, kasihan, karena itu di suruh nyicil."
"Bagus dong, kalau begitu buat catatan barang-barang apa yang kamu butuhkan, terus kalau sudah kamu siapin centang-centangin."
Kemudian kakak mengambilkan tas ranselnya untuk dipinjamkan padaku. Kakak membantuku membuat daftar dan mempersiapkannya. Baik kan kakakku? Belum tentu adek yang lain punya kakak seperti kakakku. Beruntungnya aku.
Besok adalah hari keberangkatanku ke perkemahan, aku sulit tidur, aku takut bila aku tidur aku akan kesiangan, walau semua berjanji akan membangunkanku tapi mata ini sulit sekali di ajak kompromi.
"Sudah jam sepuluh malam kok belum tidur?"
"Gak bisa tidur yah."
"Kan ayah sudah janji akan bangunin kamu pagi-pagi, sekalian ayah antar kamu ke sekolah."
"Tapi aku gak bisa tidur, kepikiran terus."
"Kalau begitu, sini ayah hipnotis."
"Emangnya ayah bisa?"
"Ya, coba dulu lah. Mau ya, ayah hipnotis, ya,ya,ya,ya,ya?"
"Ya udah, coba deh kalau ayah bisa."
"Supaya hipnotisnya berhasil kamu harus ikutin kata-kata ayah, kamu harus ikutin semua perintah ayah, oke?"
"Iya,,"
"Pertama-tama kamu berbaring dulu, pasin posisinya biar enak kalau tidur, gak boleh tegang, releks aja, ayah redupin lampunya dulu ya, nah sekarang udah siap?"
"Siap!!!"
"Oke, yang pertama kita Membaca surat Al-Ikhlas 3x"
Aku mengikuti perintah ayah walau ada sedikit keraguan, setahuku, yang ada di tv itu kalau menghipnotis supaya tidur tidak seperti ini caranya. Tapi biarlah aku turuti saja.
"Alhamdulillah, sekarang ikuti ayah membaca sholawat."
Aku menuruti perintah ayah yang membaca sholawat tanpa ku ketahui berapa kali sholawat itu di baca karena aku hanya mengikutinya.
"Berikutnya istighfar ( Astagfirullahal adzim = Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung)"
Aku mengikutinya tanpa bertanya dan tanpa menghitung berapa kali kalimat itu di ucapkan. Begitu pula kalimat-kalimat berikutnya yang di ucapkan ayah berkali-kali dan perlahan.
"Sekarang Takbir (ALLAHU AKBAR= Allah Maha Besar)"
"Tahmid (Alhamdulillah= Segala puji bagi Allah)"
"Tahlil (Laa illaaha illallah=Tidak ada Tuhan selain Allah)"
"Tasbih (Subhanallah=Maha Suci Allah/Subhanallah walhamdulillah walailla hailallah)"
"Sekarang, baca do'a sebelum tidur, lalu tutup matamu."
Aku menutup mataku dan ku dengar ayah mengucapkan selamat tidur lalu mencium keningku. Setelah itu aku tidak mengingat apapun.
Esok paginya, ayah membangunkanku sesuai janjinya. Aku menceritakan peristiwa semalam pada ibu sa'at ibu menyiapkan sarapan.
"Bu, bu, ayah hebat lo bu, semalam aku dihipnotis ayah biar bisa tidur."
"Masa sih? Sejak kapan ayahmu bisa hipnotis orang?"
"Gak tahu tuh ayah, tapi hipnotis ayah bener-bener manjur lo bu, semalam aku jadi bisa tidur.
"Wah, bagus tuh, lain kali kalau ada yang gak bisa tidur minta tolong ayah saja. Barang bawaanmu buat kemah sudah kamu siapin belum?"
"Sudah, tinggal berangkat, bawaanku sudah ku taruh di depan. Ni nungguin sarapan."
"Ini ibu siapin box, isinya makanan cepat saji dan roti. Siapa tahu gak sempet masak yang ribet, siapin ini cepet cuma beberapa menit jadi."
"Ibu promosi lagi?"
"Iya, kan setiap ada kesempatan harus di manfa'atkan."
"Bisa kena tilang tuh." Tiba-tiba kakak datang.
"Masa sih kak?"
"Kalau bawanya terlalu banyak, pasti di sita panitia. Ini kan acara Pramuka, bukan piknik atau rekreasi."
"Biarin deh kalau diambil panitia, yang penting abis ambil panitianya belanja di tempat kita."
"Ah, ibu ada-ada saja."
"Oiya,, hari Kamis nanti, ibu juga akan bawain kakak box kaya gini, kakak bantuin promosiin ya, hari Kamis kakak kan ikut lomba cerdas cermat, iya kan?
"Iya deh, terserah ibu."
"Kakak ikut anterin adek gak?"
"Ibu mau anterin juga?"
"Iya, ini kan hari pertama adekmu kemah, adekmu kan gak pernah jauh sama kita."
"Tapi aku kan bawa sepeda bu."
"Ya kamu boncengin adekmu, biar ayah boncengin ibu sama si bungsu."
"Iya deh, kita anter sama-sama, kaya orang mau ngantar pergi haji aja, pake rombongan sekeluarga."
"Ya, udah cepet makan, bentar lagi harus berangkat."
Kami menghabiskan sarapan kami lalu bergegas berangkat. Semoga tak ada yang tertinggal, dan semoga tak ada hal buruk di sana. Amin.
Karya : Kurniawati Budiningrum
EmoticonEmoticon