![]() |
Cerpen Kesederhanaan |
Bahagia itu sederhana, ada pada hati yang bersyukur. Itulah salah satu kutipan favorit dari salah satu novel. Dan aku pun merasa bahwa untuk merasa bahagia itu tidak butuh hal mewah, karena kesederhanaan pun sudah membuat kita bahagia. Seperti kehidupan masa kecilku, aku begitu bahagia memiliki bapak dan ibu yang tidak mementingkan duniawi, meskipun rumah kami kecil dan jauh dari kata bagus tapi kami nyaman tinggal di dalamnya, aku punya ibu yang super sabar, meskipun dulu ibu memiliki mertua yang judes yaitu nenekku sendiri dari bapak, tapi ibu tidak pernah mengeluh, beliau tetap sabar, hanya kadang sekali-kali aku lihat beliau menangis tapi kemudian bapak akan meminta maaf atas sikap nenek yang membuat ibu menangis. Kini, saat aku sudah dewasa aku baru mengerti kenapa orang selalu bilang bahwa rumah yang paling seram bukan rumah hantu tapi rumah mertua. Meskipun pada kenyataannya tidak semua yang namanya mertua itu jahat. (Kaya yang punya mertua aja). Sejak kecil aku melihat kehidupan orang tuaku begitu rukun, mereka tidak pernah bertengkar, begitu juga aku dan kakakku begitu rukun. Setiap magrib dan isya kami solat berjamaah dan bapak yang menjadi imam, selepas isya aku dan kakakku belajar didampingi bapak dan ibu, ya sebuah keluarga yang harmonis.
Bapak dan ibu selalu hebat dalam mengatur keuangan, meskipun pekerjaan bapak bukan pekerjaan dengan penghasilan besar tapi apapun kebutuhan dan keinginan kami selalu terpenuhi, entah bagaimana cara mereka mengaturnya, hingga kadang teman-temanku merasa iri denganku, mereka anak orang kalangan atas tapi mau jajan pun harus nangis dulu baru dibolehkan jajan. Selain itu orang tuaku bukan orang yang gila kerja, dan saat itubyang bekerja hanya bapak, ibu seutuhnya menjadi obu rumah tangga, mengurusi rumah dan seisinya, termasuk kedua anaknya yang nakal yaitu aku dan kakakku. Ibu adalah orang kreatif, barang apapun yang sudah tidak terpakai bisa disulapnya jadi berguna kembali, kadang ada kardus yang disulap jado mainan, ada kain yang dijahit jadi tas sekolah dan lainnya lagi. Meskipun semua jauh dari kata mewah tapi aku begitu bahagia, kakak yang sejak kecil senang menggambar selalu ibu belikan pensil warna dan buku gambar, aku yang senang baca selalu dibelikan buku cerita atau ibu akan mengumpulkan koran bekas kemudian aku menggunting gambarnya dan menempelkannya di kertas lalu aku katakan pada ibu itu adalah sebuah cerita dan aku bercerita menurut versiku sendiri. Kemudian ibu akan tersenyum dan berkata "Nanti kalau sudah besar, bikin cerita yang bagus, ya Dek" atau ketika ibu mengajakku ke perlombaan baca puisi, aku terpesona melihat orang membaca puisi dan cukup heran juga kenapa orang berteriak sambil memegang kertas, sampai di rumah aku menirunya, berteriak-teriak sambil memegang kertas. Lalu, ibu tersenyum dari dapur dan berkata, "Kalau sudah besar nanti ade pasti bisa bikin puisi yang bagus."
Seperti itulah kesederhanaan yang aku rasakan begitu membawa kebahagiaan, sayang semua hanya berlangsung sampai usiaku 7 tahun, saat usia 8 tahun ibu sakit dan usiaku 9 tahun ibu pergi untuk selamanya.
Karya : Noviyanti
EmoticonEmoticon