Selasa, November 20, 2018

Cerpen Nasihat Kisah Marjo karya Urvilla Widya

Cerpen Nasihat Kisah Marjo karya Urvilla Widya
Cerpen Nasihat Kisah Marjo karya Urvilla Widya

Kisah Marjo
karya: Urvilla Widya

Marjo diringkus, tangannya diikat di tiang listrik, dikerumuni massa. bonyok, lebam, dan mata sipit didapati Marjo.

Marjo telah masuk ke sebuah rumah dikampung sebelah, kampung yang tidak biasa dia jadikan tempatnya mencari makan.

"Bilang! Apa saja yang sudah kamu curi?" seseorang membentak Marjo yang sekarang bertambah gempal dengan melebam.

Marjo adalah seseorang dengan segala perkataan santun. Orang-orang di kampungnya mengakui tidak pernah merasa tersinggung atau marah karena ucapannya.

Namun hal yang tidak disenangi orang-orang darinya adalah dia sangat sering mengambil makanan dari rumah ke rumah tanpa minta izin; kebiasaan ini sudah dia lakukan dari dulu semenjak kecil.

"Aku lapar,Tuan," jawab Marjo.

"Berani-beraninya kamu masuk ke rumah orang dan menghabiskan makan siang mereka! Apa yang kamu curi?" Seorang tua berbicara melayangkan sebuah tamparan ke pipinya.

"Aku hanya lapar, Tuan. Aku ingin makan. Tidakkah Tuan mengasihani aku yang lapar?" Itulah kata-kata Marjo yang menjawab berbagai pertanyaan orang-orang kampung sebelah yang menduganya mencuri; tidak mengatahui kebiasaan yang sudah dianggap wajar di kampungnya.

Tak selang beberapa menit satu pukulan keras mendarat di kepalanya yang menyebabkan dia pingsan. Bersamaan dengan itu tiba-tiba datanglah salah seorang warga kampungnya yangg menjelaskan kalau perilaku yang dilakukan Marjo ini adalah kewajaran. Namun terlambat, Marjo sudah tidak bergerak.

Tidak ada yang mempermasalah kematian Marjo, murni salah paham. Mereka memadati rumah Marjo untuk tahlilan.

Hingga ke tujuh hari Marjo meninggal, rumah Marjo tetap dipenuhi orang-orang. Ini bahkan tidak terjadi kepada ustadz Anwar ketika dia meninggal. Warga terus-menerus datang.

Ibu Marjo sangat terharu dengan hal ini. Anak lajang berumur yang berkegiatan di kebun saja ini adalah satu-satunya keluarganya.

Ibu Marjo menjadi janda sejak 25 tahun yang lalu. dia selalu kecewa ketika dia memasak pada siang hari, Marjo tak pernah menyentuh masakannya, sebab dia merasa punya dapur seluruh warga- terlepas dari itu Marjo adalah anak yang sangat berbakti.

Ibu Marjo juga mengatakan kepada orang-orang yang penasaran terhadap Marjo. bahwa Marjo selalu mengucapkan "alhamdulillah" sampai ashar tiba.

Ketika ashar tiba, doa yang dia ucapkan begini: "Aku beruntung hari ini. Berikan kesetiaan pada suaminya dengan makanan tadi ya Allah. Aku ingin makan lebih enak, ya Allah, maka tambahkanlah rezekinya."

seorang ibu yang merasa suaminya tidak pernah lagi keluar rumah tanpa urusan dan hubungannya semakin baik.

Para suami-suami juga baru menyadari ketika Marjo secara mengendap-ngendap masuk ke rumah dan menghabiskan makanan dirumah mereka, semenjak itu jugalah mereka merasakan masakan istrinya lebih lezat.

Belum habis mereka bercerita mengenai Marjo. Seorang bocah berlari pontang-panting menyusup barisan orang-orang yang bersantap makanan yang disiapkan tuan rumah.

"Pak, Marjo ada dirumah kita!" anak itu memanggil ayahnya, Napas yang cepat dan bersuara keras disertai tangisan, semua orang kaget.

"Tidak mungkin, Marjo sudah meninggal." seorang yg memegang kerupuk di tangannya membantah.

Anak itu tidak menjawab, namun dengan kuat dia menarik tangan ayahnya yang akhirnya berdiri dan menuruti maksud anaknya untuk segera pulang ke rumah untuk menyaksikan Marjo makan.

Warga yang juga penasaran, mengikuti ayah dan anak itu menuju rumahnya.

Betapa terkejut mereka melihat Marjo yang segar bugar dipenuhi lumpur, dengan lahap menyantap makan malam; masih memakai kain kafan.

Dengan hati-hati bapak itu datang menghampiri.

"Marjo?"Wajah ragu yang kentara diperlihatkan.

"Iya, tuan." Marjo menjawab dengan terus menggerakkan tangan melayani mulutnya. "Aku lapar tuan," sambungnya

"Iya Marjo, makanlah." Bapak itu sudah yakin, dihadapannya benar adalah Marjo. Warga pun bukan main terkejutnya.

"Marjo hidup kembali".

Marjo melakukan kembali kebiasaan lama. Marjo yang setelah mati suri sekarang tidak makan di kampungnya lagi. Marjo lebih sering masuk ke kampung lain.

Pada suatu ketika dia datang di malam hari ke rumah di kampung yang jauh. Dia masuk ke rumah orang-orang miskin. Bahkan sering Marjo pulang dalam keadaan lapar, karna yang ia temukan hanya air putih dari air hujan atau air sumur. Marjo pun tak pernah menceritakan masakannya enak atau tidak lagi.

***

Kampung heboh seorang janda tua tidak memiliki apa-apa, akan dinikahi oleh seorang kaya. Kampung heboh pasangan tua mendapatkan hadiah rumah dari orang kaya. Kampung heboh ketika keberuntungan selalu menimpa 'tidak sengaja' menjamu Marjo di rumahnya. Kini kedatangannya kerumah-rumah selalu ditunggu.

"Aku lapar, aku hanya datang dan makan." ucap Marjo takut ketika kembali didesak kerumunan masyarakat.

WapPur

Terima kasih sudah membaca disini.


EmoticonEmoticon